Rabu, 08 Maret 2017

Penjelek dan Pemurah

Memang sungguh masa lalu
Jika sudah dipulaskan oleh rayuan
Masukan apapun tidak dihiraukan
Apapun kejelekan bisa dimaafkan
Sedang ia adalah si pencinta sekaligus si penjelekmu dimasa lalu
Bisa kau bayangkan satu orang dalam dua muka yang berbeda pada waktu yang sama
Iya, seperti dia! yang dulu kau banggakan lalu menjatuhkan mu perlahan

Lantas banyak yang menilai mu pemurah karena terlalu gampang mengucapkan selamat datang
Kepada siapa lagi kalau bukan si penjelekmu!
Sadarlah kau sedang terenggut kenangan yang merekah
Seharusnya kau lihat mawar layu yang dibuang pemiliknya
Terasa hina bilamana menampakkan wujudnya
Dan banyak belajarlah dari seekor tupai yang pandai melompat
Walau terjatuh tetapi mereka tidak pernah jatuh dilubang yang sama

Kau harus siap dengan pujian apapun yang keluar dari mulutnya nanti ketika ia merasa kosong
Kau cukup diam dan berpikir
Bukan membalas dan bergelayutan kegirangan
Kau harus bedakan yang mana keliru, pun yang mana terayu
Jangan cepat menerima kekosongan seseorang bilamana ia tidak bisa menutupi kekuranganmu
Karena semua orang butuh pengisi kekurangan bukan kekosongan

Dulu kau sempat ditanggalkan dan dibuang
Bahkan kata yang tak seharusnya terlontar ia gampangkan keluar
Lalu kau ceritakan semua keluh mu kepada semua orang
Seharusnya kau tanyakan saat kau jatuh dia sedang berbuat apa?
Ia tidak pernah tahu berapa banyak airmata yang sudah terbuang hanya karena ucapan
Jangan biarkan waktu mencampuri kenangan
Biarlah tetap menjadi kenangan
Agar tidak ada lagi penutupan yang menyakitkan.

Minggu, 12 Februari 2017

Dik

Dik, mencari sesuap nasi itu tidak mudah, butuh jerih dan payah.
Apa yang kau lihat dari seorang pencari uang itu tidak seindah jajan dikantin sekolah.
Dik, jangan malas sekolah, sekolah itu indah apalagi kantinnya.
Dik, sekolah itu mudah datang hanya beri muka, pulang dapat ilmu berlimpah. 
Orang tuamu lah yang merasakan susahnya.
Jangan hanya meminta!
Coba pahamilah bagaimana orang tua membuat senyum diwajah kita.
Jangan pernah meng-iyakan rasa malasmu, coba sedikit kau lawan.
Rasa malasmu adalah penuntunmu. Terserah, mau kau ikuti atau tidak.
Jika terus kau ikuti itu salah, kau akan terus dibawah.
Dik, apa kau ingin terus duduk dibangku sekolah?
Bukan ku mencela karena ku rasa kau ini  tidak sedang pada tempatnya. Lekaslah berpindah.
Buatlah waktu luangmu menjadi lebih berharga ketimbang hanya bermain ponsel saja. 
Jauhkanlah waktu luangmu dari kelalaian. Cobalah berteman dengan ketekunan.
Bukan tekun dalam hal bermalas-malasan yang tidak ada manfaatnya.
Jangan sampai terlalu menua, nanti mau makan apa?

Minggu, 22 Januari 2017

Bukannya Lupa

Banyak yang berubah begitu juga usiaku, diusiaku yang semakin lama semakin tidak muda lagi walaupun aku ini belum terlalu tua tapi aku harus mulai menata sesuatu yang tidak terlihat yang kelak akan kunikmati kedepannya. Jujur aku ini masih suka bermain karena aku berpikir usiaku masih terlalu dini untuk memikirkan apa yang tidak terlihat.

Bisa saja aku foya-foya dari gaji ku selama ini untuk sesuatu yang tidak sepantasnya aku nikmati. Bisa saja aku terus bermain dengan teman-temanku untuk menghabiskan duduk berlama-lama tanpa ada pembicaraan yang mengarah kedepan, bisa saja aku terus membuang-buang waktuku untuk berkumpul dengan teman-temanku yang betah berlama-lama dengan ponsel pintarnya.

Selama ini aku baru menyadari kalau waktuku terbuang sia-sia, kini aku harus mengorbankan waktu bermainku untuk semua yang kucita-citakan. Bukan karena aku berpikir terlalu kolot untuk semua ini. Tapi semua orang akan berpikir sama sepertiku nanti. Apalagi aku mempunyai kedua orangtua yang harus ku papah sendiri, tidak mungkin kan aku harus meminta bantuan temanku untuk semua ini?

Bukannya aku lupa waktu bermain atau tempat bermainku. Kalian harus tau ada sesuatu yang akan kalian kerjaan sendirian tanpa harus meminta bantuan dari orang lain. Aku butuh waktu untuk mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi tanggung jawabku. Aku harus mengerjakan hal-hal yang telah kumulai. Menjalankan rencana-rencana, memperbaiki kesalahan-kesalahan. Agar semua yang kucitakan terwujud tanpa ada penundaan. Sebab itu maklumilah jika aku memilih sibuk dengan rutinitas yang jika aku jelaskan sebenarnya aku juga lelah. Semua itu membuatku sadar aku ini bukan anak kecil lagi bukan waktunya bermain lagi walaupun kadang aku merindukan nakal bersama teman-teman.

Namun, segala sesuatu yang sudah kupilih sudah selayaknya kuselesaikan, sebelum usiaku tidak muda lagi, sebelum tubuhku semakin ringkih. 

Maklumilah dan belajarlah menerima, jika pada saat ini hanyalah sedikit waktu yang tersisa. Aku sama sekali tidak bisa selalu ada. Percayalah orang yang selalu ada setiap waktu hanyalah orang yang tidak punya kesibukan untuk dirinya sendiri. Beberapa hal memang harus dikerjakan sendiri tanpa melibatkan seorang pun. Sebab itu beri aku ruang untuk diriku menuntaskan segala hal yang harus aku tuntaskan.